Minggu, 08 April 2012

PENANGANAN BAYI KRITIS


BAB I
PENDAHULUAN

1.1         Latar Belakang Masalah
Pertumbuhan dan perkembangan mengalami peningkatan yang pesat pada usia dini, yaitu dari 0 sampai 5 tahun. Masa ini sering juga disebut sebagai fase ”Golden Age”. Golden age merupakan masa yang sangat penting untuk memperhatikan tumbuh kembang anak secara cermat agar sedini mungkin dapat terdeteksi apabila terjadi kelainan. Selain itu, penanganan kelainan yang sesuai pada masa golden age dapat meminimalisir kelainan pertumbuhan dan perkembangan anak sehingga kelaianan yang bersifat permanen dapat dicegah (Nutrisiani, 2010).
Usia 0-24 bulan merupakan masa pertumbuhan dan perkembangan yang pesat, sehingga kerap diistilahkan sebagai periode emas sekaligus periode kritis. Periode emas dapat diwujudkan apabila pada masa ini bayi dan anak memperoleh asupan gizi yang sesuai untuk tumbuh kembang optimal. Sebaliknya apabila bayi dan anak pada masa ini tidak memperoleh makanan sesuai kebutuhan gizinya, maka periode emas akan berubah menjadi periode kritis yang akan mengganggu tumbuh kembang bayi dan anak, baik pada saat ini maupun masa selanjutnya (Nutrisiani, 2010).

Masa bayi dan anak adalah masa mereka mengalami masa pertumbuhan dan perkembangan yang cepat dan sangat penting, dimana nantinya merupakan landasan yang menentukan kualitas penerus generasi bangsa. Masa kritis anak pada usia 6–24 bulan, karena kelompok umur merupakan saat periode pertumbuhan kritis dan kegagalan tumbuh (growth failure) mulai terlihat (Amin dkk, 2004).
Keberhasilan pembangunan suatu bangsa berkaitan erat dengan kualitas SDM yang baik. Pembentukan kualitas SDM yang optimal, baik sehat secara fisik maupun psikologis sangat bergantung dari proses tumbuh kembang anak pada usia dini (Wulandari, 2010).


1.2         Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalah untuk penelitian ini adalah menjelaskan tentang “Penanganan Bayi Kritis”.

1.3         Tujuan
Untuk mengetahui gejala dan cara penanganan bayi yang sedang dalam kondisi kritis. Serta antisipasi agar bayi tidak mengalami keadaa kritis.

BAB II
PEMBAHASAN

2.1         Macam-macam Penyakit Infeksi
Berikut penyakit infeksi yang sering dialami oleh balita (Rahmah, 2010):
a)      Infeksi saluran pernafasan
Infeksi saluran pernafasan meliputi penyakit saluran pernafasan bagian atas dan saluran pernafasan bagian bawah beserta adenoxanya dari seluruh kematian balita. Depkes, RI (2002) dalam penelitian Lubis, 2008 menyatakan Istilah ISPA mengandung tiga unsur yaitu infeksi, saluran pernapasan dan akut. Infeksi adalah masuknya kuman atau mikroorganisme ke dalam tubuh manusia dan berkembang biak sehingga menimbulkan gejala penyakit. Adapun saluran pernapasan adalah organ dimulai dari hidung sampai alveoli beserta organ adneksa seperti sinus-sinus, rongga telinga dan pleura. Istilah ISPA secara anatomis mencakup saluran pernapasan bagian bawah (termasuk jaringan paru-paru) dan organ adneksanya saluran pernapasan. Sedangkan infeksi akut adalah infeksi yang berlangsung sampai dengan 14 hari. Batas 14 hari diambil untuk menunjukkan proses akut meskipun untuk beberapa penyakit yang dapat digolongkan ISPA, proses ini dapat berlangsung lebih dari 14 hari.
Pneumonia adalah proses infeksi akut yang mengenai jaringan paru-paru (alveoli) biasanya disebabkan oleh invasi kuman bakteri, yang ditandai oleh gejala klinis batuk, disertai adanya nafas cepat ataupun tarikan dinding dada bagian bawah/kedalam (Lubis, 2008).
Dalam program P2 ISPA dikenal 3 klasifikasi ISPA yaitu :
1.      ISPA berat, ditandai sesak nafas yaitu adanya tarikan dinding dada bagian bawah ke dalam pada waktu inspirasi (secara klinis ISPA berat=pneumonia berat).
2.      ISPA sedang, bila frekuensi nafas menjadi cepat, yaitu:
Ø  Umur 2 bulan sampai1 tahun = 50 kali/menit atau lebih.
Ø  Umur 1 sampai 4 tahun = 40 kali/menit atau lebih (secara klinis ISPA sedang=pneumonia).
3.      ISPA ringan, ditandai dengan batuk atau pilek yang bisa disertai  demam, tetapi nafas cepat dan tanpa tarikan dinding dada bagian bawah ke dalam.
ISPA merupakan pembunuh utama bayi dan balita di Indonesia. Sebagian besar kematian tersebut diakibatkan oleh ISPA pneumonia, namun masyarakat masih awam dengan gangguan ini. Penderita cepat meninggal akibat pneumonia berat dan sering tidak tertolong. Lambatnya pertolongan ini disebabkan oleh ketidaktahuan masyarakat tentang gangguan ini (Lubis, 2008).
Terjadinya infeksi saluran pernapasan pada anak balita disamping adanya bibit penyakit, juga dipengaruhi oleh faktor anak itu sendiri, seperti anak yang belum mendapat imunisasi campak dan kontak dengan asap dapur, serta kondisi perumahan yang ditempatinya.
b)      Diare
Sampai saat ini penyakit diare masih menjadi masalah kesehatan dunia terutama di negara berkembang. Besarnya masalah tersebut terlihat dari tingginya angka kesakitan dan kematian akibat diare. WHO memperkirakan 4 milyar kasus terjadi di dunia pada tahun 2000 dan 2,2 juta diantaranya meninggal, sebagian besar anak-anak dibawah umur 5 tahun (Adisasmito, 2007).
Diare diartikan sebagai penyakit yang ditandai dengan bertambahnya frekuensi buang air besar lebih dari biasanya (lebih dari tiga kali per hari) dan disertai dengan perubahan konsistensi tinja (menjadi cair), baik disertai keluarnya darah dan lender maupun tidak (Suraatmaja, 2007). Sedangkan menurut WHO (2007) diare didefinisikan sebagai berak cair tiga kali atau lebih dalam sehari semalam (24 jam) (Nutrisiani, 2010).
Secara umum diare didefinisikan sebagai berak encer atau cair, 3 kali atau lebih dalam 24 jam dan di dalam tinja disertai dengan atau tanpa lendir atau darah (Rimawati, 2005).
Diare merupakan gejala penyakit yang penting dan dapat disebabkan  banyak faktor seperti salah makan. Kejadian diare biasanya berhubungan dengan musim, misalnya pada musim buah-buahan sering bersamaan banyaknya lalat. Gejala penyakit ini dapat berbahaya dan menyebabkan kematian pada anak-anak kecil terutama bila pada penderita didapatkan gizi kurang (Rimawati, 2005).
Diare dapat menyebabkan anak tidak mempunyai nafsu makan sehingga kekurangan jumlah makanan dan minuman yang masuk ke tubuhnya, yang dapat berakibat kurang gizi. Serangan diare berulang atau diare akut yang berat pada anak berakibat kurang gizi dan mengarah ke KEP merupakan resiko kematian (Rimawati, 2005).
Anak yang menderita diare mengalami penurunan cairan serta gangguan keseimbangan zat gizi dan elektrolit. Zat gizi tidak dicerna, diserap usus dan hilang larut begitu saja bersama tinja (Rimawati, 2005).
Banyak faktor yang menimbulkan penyakit diare antara lain faktor lingkungan, faktor balita, faktor ibu, dan faktor sosiodemografis. Dari beberapa faktor tersebut, faktor lingkungan cukup banyak diteliti dan dibahas dari segala aspek seperti dari Sarana Air Bersih (SAB), jamban, Saluran Pembuangan Air Limbah (SPAL), keadaan rumah, tempat pembuangan sampah, kualitas bakteriologis air bersih dan kepadatan hunian (Adisasmito, 2007).
Penyebab diare, antara lain infeksi dari berbagai bakteri yang disebabkan oleh kontaminasi makanan maupun air minum, infeksi berbagai macam virus, alergi makanan, khususnya susu atau laktosa (makanan yang mengandung susu), parasit yang masuk ke tubuh melalui makanan atau minuman yang kotor (USAID).


2.2         Perawatan Anak Yang Sedang Sakit Kritis
Menghadapi dan merawat anak yang sedang sakit dan berada dalam kondisi yang kritis merupakan hal yang berat dan sulit untuk dihadapi oleh orang tua. Disamping harus menangani masalah kesehatan, orang tua juga harus menghadapi keadaan psikis, efek emosional dari seluruh anggota keluarga yang ditimbulkan akibat adanya penyakit yang berkepanjangan. Untungnya, semua masalah ini tidak perlu di hadapi sendiri: kelompok dukunga, pekerja sosial, dan kerabat sering memberi uluran tangannya untuk membantu Anda.
a)      Menjelaskan Penyakit Kronis kepada Anak
Komunikasi yang jujur sangat penting untuk menolong anak menghadapi kondisi kesehatannya. Sangat penting bagi anak untuk mengetahui bahwa dia sakit dan akan mendapat banyak perawatan. Rumah Sakit dan obat mungkin dapat menakutkan, namun mereka merupakan bagian yang menolong anak Anda.
Ketika Anda menjelaskan tentang penyakit dan pengobatan, berikan jawaban yang jelas dan jujur dari setiap pertanyaan dengan cara yang anak Anda mudah untuk mengerti. Juga penting untuk menjelaskan secara tepat dan mempersiapan anak Anda untuk setiap pengobatan. Dan juga kemungkinan adanya ketidaknyamanan yang dapat muncul selama pengobatan tersebut.
Hindari mengatakan, bahwa itu semua tidak akan menyakitkan, jika prosedur yang harus dilakukan akan menyakitkan. Sebaiknya, jujurlah jika prosedur/tindakan dapat menimbulkan nyeri, tekanan, atau nyeri  namun yakinkan anak Anda bahwa apa yang dirasakan hanya bersifat sementara dan sampaikan bahwa Anda akan menemani dia, serta memberi dukungan kepadanya.
Beberapa RS memberikan pilihan kepada orang tua untuk berbicara dengan anak-anaknya mengenai penyakit yang dialami secara sendiri, atau didampingi oleh dokter atau seluruh tim kesehatan yang menangani masalah anak Anda. Dokter atau ahli kesehatan yang lainnya dapat menawarkan bagaimana cara berbicara kepada anak Anda mengenai penyakitnya.
b)      Mengarahkan Emosi
Anak Anda akan memiliki berbagai perasaan mengenai perubahan keadaan kesehatannya. Hal ini harus bisa di dukung dengan mendorong anak mengekspresikan perasaan, kepedulian dan ketakutannya. Tanyakan apa yang anak Anda alami dan dengarkan penjelasannya sebelum mengatakan apa yang ada di dalam pikiran Anda dan menjelaskan.
Cara komunikasi tidak harus dengan cara verbal. Musik, menggambar dan menulis kadang menolong anak yang hidup dengan jenis penyakit mengancam jiwa, untuk menunjukkan emosi mereka  melalui   fantasi yang mereka ciptakan sendiri.
Anak juga perlu diingatkan bahwa mereka bukanlah penyebab dari penyakit yang mereka derita.  Hal ini biasa terjadi pada anak-anak bahwa mereka sakit akibat apa yang mereka katakan, lakukan, atau yang mereka pikirkan. Yakinkan anak Anda bahwa ini tidak ada hubungannya dan jelaskan dengan mudah apa penyebab penyakit yang diderita anak Anda. (Anda juga dapat meyakinkan anak Anda, bahwa apa yang mereka lakukan dan katakan tidak akan menimbulkan suatu penyakit.)
Dari seluruh pertanyaan, tidak seluruhnya dapat dijawab dengan mudah. Anda tidak dapat menjamin bahwa semuanya akan baik-baik saja. Namun, Anda dapat membantu anak Anda merasa lebih baik lagi dengan mendengarkan, mengatakan “tidak apa-apa” dan dengan mudah mengerti apa yang dialamai, dan menjelaskan bahwa Anda dan keluarga akan memperlakukan dia senyaman mungkin.
Jika anak Anda bertanya, “Kenapa harus aku?”, tidak masalah jika memberikan kejujuran dengan menjawab “Saya tidak tahu…”. Jelaskan bahwa walaupun tidak ada yang tahu bagaimna penyakit itu bisa muncul, dokter akan mengobatinya (jika itu merupakan penyakit yang diderita). Jika anak Anda mengatakan “ga adil aku jadi sakit begini…” akui bahwa anak Anda benar. Sangat penting bagi anak Anda untuk mengetahui bahwa dia berhak marah karena penyakit yang dideritanya.
Anak Anda dapat bertanya, “apakah aku akan meninggal?” bagaimana Anda menjawab tergantung dari usia anak Anda, dan tingkat kematangannya.  Sangat penting untuk mengetahui ketakutan apa yang dialami oleh anak Anda dan mengatasinya.
Untuk meyakinkan anak Anda kembali, Anda bisa menjelaskan konsep kematian menurut agama, budaya, dan kepercayaan Anda. Jangan menyamarkan konsep kematian dengan menyamakan kematian dengan pergi tidur untuk sementara karena hal itu akan membuat anak Anda takut untuk tidur.
Penting bagi anak-anak untuk mengetahui bahwa ada orang-orang yang sayang terhadap mereka, dan akan selalu ada untuk mereka, dan membuat mereka nyaman dalam kondisi penyakit mereka.
Sama seperti orang dewasa, anak-anak membutuhkan waktu untuk menerima diagnosis dari penyakit yang dideritai dan perubahan dalam tubuh mereka. Sangat normal bila ada kecenderungan menjadi sedih, tertekan, marah, takut bahkan menyangkal bahwa mereka sakit. Pertimbangkan untuk melakukan konseling dengan tenaga professional jika apa yang dialamai anak Anda sudah cukup mengganggu aktivitas sehari-hari, menarik diri, perubahan perilaku yang negatif.

c)      Tambah Tenaga Anda
Tekanan yang Anda dapat dalam merawat dan mengahadapi anak Anda yang mengalami masalah ksehatan, merupakan masalah yang besar, namun dapat tips di bawah ini dapat membantu meringankan:
Ø  Bagi permasalahan menjadi bagian-bagian kecil sehingga dapat dibagi tugas. Jika perawatan dan pengobatan anak Anda diperkirakan akan di lakukan dalam jangka waktu yang lama, maka dapat dibuat pengaturan melalui pembagian waktu. Perencanaan perminggu atau perbulan dalam sekali waktu, dapat mengurangi waktu terbuang dan efek besar yang dapat ditimbulkan.
Ø  Perhatikan juga kebutuhan pribadi Anda. Beristirahat dengan baik dan cukup, dan makan makanan yang bergizi. Tetap menjaga kebiasaan sehari-hari, hubungan dengan kerabat, dan juga hobi Anda.
Ø  Mintalah bantuan kepada teman Anda. Biarkan mereka mengganti tugas Anda untuk menemani latihan bola kaki atau latihan drama anak Anda yang lain. Biarkan orang lain, baik itu saudara maupun teman untuk berbagi tanggung jawab untuk merawat anak Anda. Ingatlah bahwa Anda tidak dapat melakukan semuanya sendiri.
Ø  Minta pertolongan dalam menangani masalah keuangan dalam hal pembiayaan penyakit anak Anda.
Ø  Ketahui bahwa setiap orang menangani stres dengan caranya masing-masing. Jika pasangan Anda memiliki kekhawatiran yang berbeda, bicarakan, dan cobalah untuk membantu dia. Jangan berpura-pura seakan-akan dia tidak ada.
Ø  Bangunlah kerjasama dengan tenaga kesehatan professional. Ketahuilah, bahwa Anda semua adalah satu tim. Berikan pertanyaan, dan pelajari mengenai penyakit anak Anda.
Ø  Konsultasikan dengan orang tua yang lain dalam kelompok kecil, (support group) di rumah sakit atau pusat kesehatan setempat. Mereka dapat menawarkan informasi dan empati.
Ø  Cari sebanyak mungkin mengenai kelompok tersebut yang memiliki masalah yang sama dengan Anda.
Ø  Tetap ikuti agenda Anda dan buat catatan
Ø  Kerja sama dengan personil pendukung yang ditawarkan oleh rumah sakit.

2.3         Tinjauan Umum Tentang Pengasuhan Orang Tua
Pengasuhan adalah serangkaian interaksi yang intensif dalam mengarahkan anak untuk memiliki kecakapan hidup. Oleh karena itu melibatkan aktivitas atau ketrampilan fisik dalam memberikan rangsangan serta memberikan respon yang tepat untuk situasi yang spesifik (Lubis, 2008).
Menurut Depkes RI (2000) dalam penelitian Cut Ruhana Husain tahun 2008. Pola asuh anak adalah kemampuan seseorang untuk mengambil keputusan yang berdampak luas pada kehidupan seluruh anggota keluarga yang menjadi dasar penyediaan pengasuhan yang tepat dan bermutu pada anak termasuk pengasuhan makanan bergizi.
Sering dikatakan bahwa ibu adalah jantung dari keluarga, jantung dalam tubuh merupakan alat yang sangat penting bagi kehidupan seseorang. Apabila jantung berhenti berdenyut maka orang itu tidak bisa melangsungkan hidupnya. Dari perumpaan ini bisa disimpulkan bahwa kedudukan seorang ibu sebagai tokoh sentral dan sangat penting untuk melaksanakan kehidupan. Pentingnya seorang ibu terutama terlihat sejak kelahiran anaknya (Husain, 2008)
Agar pola hidup anak bisa sesuai dengan standar kesehatan, disamping harus mengatur pola makan yang benar juga tak kalah pentingnya mengatur pola asuh yang benar pula. Pola asuh yang benar bisa ditempuh dengan memberikan perhatian yang penuh serta kasih sayang pada anak, memberinya waktu yang cukup untuk menikmati kebersamaan dengan seluruh anggota keluarga (Husain, 2008).
Dalam masa pengasuhan, lingkungan pertama yang berhubungan dengan anak adalah orang tuanya. Anak tumbuh dan berkembang di bawah asuhan dan perawatan orang tua oleh karena itu orang tua merupakan dasar pertama bagi pembentukan pribadi anak. Melalui orang tua, anak beradaptasi dengan lingkungannya untuk mengenal dunia sekitarnya serta pola pergaulan hidup yang berlaku dilingkungannya. Dengan demikian dasar pengembangan dari seorang individu telah diletakkan oleh orang tua melalui praktek pengasuhan anak sejak ia masih bayi (Husain, 2008).
Pengasuhan berasal dari kata asuh (to rear) yang mempunyai makna menjaga, merawat dan mendidik anak yang masih kecil. Wagnel dan Funk menyebutkan bahwa mengasuh itu meliputi menjaga serta memberi bimbingan menuju pertumbuhan ke arah kedewasaan. Pengertian lain diutarakan oleh Webster yang mengatakan bahwa mengasuh itu membimbing menuju ke pertumbuhan ke arah kedewasaan dengan memberikan pendidikan, makanan dan sebagainya terhadap mereka yang di asuh (Husain, 2008).
Dari beberapa pengertian tentang batas asuh, menurut Whiting dan Child dalam proses pengasuhan anak yang harus diperhatikan adalah orang-orang yang mengasuh dan cara penerapan larangan atau keharusan yang dipergunakan. Larangan maupun keharusan terhadap pola pengasuhan anak beraneka ragam. Tetapi pada prinsipnya cara pengasuhan anak mengandung sifat: pengajaran (instructing), pengganjaran (rewarding) dan pembujukan (inciting) (Husain, 2008).
Di negara timur seperti Indonesia, keluarga besar masih lazim dianut dan peran ibu seringkali di pegang oleh beberapa orang lainnya seperti nenek, keluarga dekat atau saudara serta dapat juga di asuh oleh pembantu (Husain, 2008).
Kerangka konseptual yang dikemukan oleh UNICEF yang dikembangkan lebih lanjut oleh Engle et al (1997) menekankan bahwa tiga komponen makanan–kesehatan–asuhan merupakan faktor-faktor yang berperan dalam menunjang pertumbuhan dan perkembangan anak yang optimal. Engle et al (1997) mengemukakan bahwa pola asuh meliputi 6 hal yaitu (Husain, 2008) :
a.       perhatian/dukungan ibu terhadap anak
b.      pemberian ASI atau makanan pendamping pada anak
c.       rangsangan psikososial terhadap anak
d.      persiapan dan penyimpanan makanan
e.       praktek kebersihan atau higiene dan sanitasi lingkungan dan
f.       perawatan balita dalam keadaan sakit seperti pencari pelayanan kesehatan.
Beberapa penelitian menjelaskan bahwa masalah gizi adalah refleksi dari faktor pola asuh, pola makan dan asupan zat gizi yang tidak benar karena berbagai macam faktor di masyarakat. Peranan keluarga terutama ibu dalam mengasuh anak sangat menentukan status gizi dan tumbuh kembang anak. Ibu yang dapat membimbing anak tentang cara makan yang sehat dan makanan yang bergizi akan meningkatkan status gizi anak (Asrar dkk, 2009).
Pola pengasuhan anak adalah pengasuhan anak dalam pra dan pasca kelahiran, pemberian ASI, pemberian makanan, dan pengasuhan bermain (Asrar dkk, 2009).
Menurut Jus’at (2000)  dalam penelitian Amin dkk (2004) pola pengasuhan adalah kemampuan keluarga untuk menyediakan waktu, perhatian dan dukungan terhadap anak agar dapat tumbuh dan berkembang dengan sebaik-baiknya secara fisik, mental dan sosial. Pola pengasuhan anak berupa sikap dan praktik pengasuhan ibu lainnya dalam kedekatannya dengan anak, merawat, cara memberi makan serta kasih sayang.
Pola asuh anak merupakan perilaku yang dipraktikkan oleh pengasuh (ibu, bapak, nenek atau orang lain) dalam pemberian makanan, pemeliharaan kesehatan, pemberian stimulasi, serta dukungan emosional yang dibutuhkan anak untuk tumbuh kembang. Kasih sayang dan tanggung jawab orang tua juga termasuk pola asuh anak (Asrar dkk, 2009).
Hasil uji statistik yang dilakukan terhadap hubungan pola asuh dengan status gizi, menunjukkan adanya hubungan yang bermakna (p<0,05). Hal ini menunjukkan bahwa semakin baik pola asuh semakin baik status gizi. Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Bibi bahwa dengan adanya pola asuh yang baik utamanya asuhan gizi maka status gizi akan semakin baik. Depkes RI mengemukakan bahwa pola pengasuhan yang diberikan ibu pada anak berhubungan dengan keadaan kesehatan (baik fisik maupun mental), status gizi, pendidikan, pengetahuan dan keterampilan, peran dalam keluarga dan adat kebiasaan dari ibu (Amin dkk, 2004).
Perawatan dasar dan higiene perorangan memberikan kontribusi yang lebih besar terhadap status gizi. Hal ini sejalan dengan penelitian Husaini yang mengemukakan bahwa dalam upaya memperbaiki status gizi anak, dilakukan upaya pencegahan penyakit menyangkut perawatan dasar terhadap anak yaitu dengan memberikan imunisasi secara lengkap, pemberian vitamin A secara berkala (mengikuti bulan pemberian vitamin A) dan upaya perbaikan sanitasi terhadap anak, ibu dan lingkungan (Amin dkk, 2004).
Status kesehatan merupakan salah satu aspek pola asuh yang dapat mempengaruhi status gizi anak kearah membaik. Status kesehatan adalah hal-hal yang dilakukan untuk menjaga status gizi anak, menjauhkan dan menghindarkan penyakit serta yang dapat menyebabkan turunnya keadaan kesehatan anak. Status kesehatan ini meliputi hal pengobatan penyakit pada anak apabila anak menderita sakit dan tindakan pencegahan terhadap penyakit sehingga anak tidak sampai terkena suatu penyakit. Status keshatan anak dapat ditempuh dengan cara memperhatikan keadaan gizi anak, kelengkapan imunisasinya, kebersihan diri anak dan lingkungan dimana anak berada serta upaya ibu dalam hal mencari pengobatan terhadap anak apabila anak sakit. Jika anak sakit hendaknya ibu membawanya ke tempat pelayanan kesehatan seperti rumah sakt, klinik, puskesmas dan lain-lain (Amin dkk, 2004).



BAB III
PENUTUP

3.1         Kesimpulan
Penanganan terhadap bayi yang sedang kritis adalah:
a.       Menjelaskan Penyakit Kronis kepada Anak
Komunikasi yang jujur sangat penting untuk menolong anak menghadapi kondisi kesehatannya. Sangat penting bagi anak untuk mengetahui bahwa dia sakit dan akan mendapat banyak perawatan. Rumah Sakit dan obat mungkin dapat menakutkan, namun mereka merupakan bagian yang menolong anak Anda.
b.      Mengarahkan Emosi
Anak Anda akan memiliki berbagai perasaan mengenai perubahan keadaan kesehatannya. Hal ini harus bisa di dukung dengan mendorong anak mengekspresikan perasaan, kepedulian dan ketakutannya. Tanyakan apa yang anak Anda alami dan dengarkan penjelasannya sebelum mengatakan apa yang ada di dalam pikiran Anda dan menjelaskan.
c.       Tambah Tenaga Anda
Tekanan yang Anda dapat dalam merawat dan mengahadapi anak Anda yang mengalami masalah ksehatan, merupakan masalah yang besar, namun dapat tips di bawah ini dapat membantu meringankan beberapa hal.
3.2         Saran
Diharapkan dengan adanya makalah ini, para orang tua menjadi lebih waspada dan selalu memperhatikan kondisi sang buah hati. Dan untuk pihak kesehatan, agar tidak bosan-bosannya untuk mengingatkan kepada masyarakat agar sadar betapa pentingnya kesehatan bayi yang harus selalu diawasi.



DAFTAR PUSTAKA

Departemen Kesehatan R.I 1994 Profil Kesehatan Indonesia 1994, Pusat Data Kesehatan, Jakarta
Foster, George M dan Barbara G. Anderson 1986 Antropologi Kesehatan, diterjemahkan oleh Meutia F. Swasono dan Prijanti Pakan. Jakarta: UI Press
Iskandar, Meiwita B., et al 1996 Mengungkap Misteri Kematian Ibu di Jawa Barat, Depok, Pusat Penelitian Kesehatan Lembaga Penelitian, Universitas Indonesia.
Kalangi, Nico S 1994 Kebudayaan dan Kesehatan, Jakarta: Megapoin.
Koentjaraningrat dan A.A Loedin 1985 llmu-ilmu sosial dalam Pembangunan Kesehatan, Jakarta: PT Gramedia.
Raharjo, Yulfita dan Lorraine Comer 1990 "Cultur Attitudes to health and sickness in public Health programs: a demand-creation approach using data from West Aceh, Indonesia",Health Transition: The Cultural. Social and Behavioral determinants of Health, volume 11. Disunting oleh John C. Caldwell, et al., Canberra: Health Transition Centre.
Reddy, P.H. 1990 "Dietary practices during pregnancy, lactation and infaancy : Implications for Health", Health Transition : The Culture. Social and Behavioral determinants of Health, volume II. Disunting oleh John C. Caldwell, et al., Canberra: Health Transition Centre.
Wibowo, Adik 1993 Kesehatan Ibu di Indonesia: Status "Praesens" dan Masalah yang
dihadapi di lapangan. Makalah yang dibawakan pada Seminar " Wanita dan Kesehatan", Pusat Kaajian Wanita FISIP UI, di Jakarta

Tidak ada komentar:

Posting Komentar